Minggu, 24 Mei 2015

Write: Biografi Dewi Lestari



DEWI LESTARI (DEE)
‘DENGAR FIKSINYA, BACA MUSIKNYA’


Dewi Lestari ialah salah satu tokoh Indonesia yang sukses di bidang musik dan juga sastra. Wanita yang lahir di Bandung, 20 Januari 1976 ini, mengawali kisah suksesnya dengan menjadi penulis. Dee -sapaan akrabnya- meluluskan sekolahnya di SMA Negeri 2 Bandung. Kemudian dia melanjutkan kuliah di Universitas Parahyangan jurusan Hubungan Internasional. Latar belakang pendidikannya ini membuatnya fasih merangkai kata, yang kemudian mendorongnya menjadi seorang penulis dan juga penyanyi terkenal.
Dee terlahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Turlan br Siagian (alm). Marcell Siahaan -suami pertama Dee- merupakan seorang penyanyi R&B. Mereka menikah pada tanggal 12 September 2003. Setahun kemudian putra pertama mereka lahir dan diberi nama Keenan Avalokita Kirana. Nama putranya diabadikan Dee sebagai salah satu karakter utama dalam novel terkenalnya yang berjudul Perahu Kertas. Pernikahan ini hanya bertahan 3 tahun. Mereka bercerai pada pertengahan Juni 2008 karena adanya pihak ketiga. Dee kemudian menikah lagi 5 bulan setelah perceraiannya, yaitu 11 November 2008 di Sydney. Suami keduanya bernama Reza Gunawan -seorang pakar penyembuhan holistik- dan dari hasil pernikahannya ini, mereka mempunyai seorang putri bernama Atisha Prajna Tiara (23 Oktober 2009).
Menulis merupakan hobi Dee. Ia sudah menulis sejak SMA. Ia sering mengeluarkan tulisan yang dimuat di berbagai media masa. Karya cerpennya Sikat Gigi dimuat pada tahun 1993 di Jendela Newsletter, -sebuah media berbasis budaya yang independen dan berskala kecil untuk kalangan sendiri di Bandung -. Ia jg menjadi juara pertama lomba menulis cerpen di majalah Gadis dengan karyanya berjudul Ekspresi. Tiga tahun kemudian, ia menulis cerita bersambung berjudul Rico the Coro yang dimuat Majalah Mode.
Tahun 2001, era keemasan dalam karir menulisnya mencapai puncak saat ia merilis novel sensasionalnya, Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh. Novel ini dirilis tanggal 16 Februari 2001. Penjualan novelnya menembus angka 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan dan mencapai kurang lebih 75.000 eksemplar. Dee yang cerdas menyisipkan banyak sekali istilah sains dalam novelnya padahal novelnya bergenre romance.
Kesuksesan Supernova Satu tidak hanya di Indonesia. Ia menjadi tokoh dunia ketika novelnya diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Harry Aveling seorang penulis dan penerjemah asal Australia. Selain itu, berkat novel ini pula, Dee menjadi salah satu nominator Katulistiwa Literary Award (KLA), yang merupakan salah satu penghargaan buku terpopuler di Indonesia. ‘Sekuel’ kedua Supernova mengulang sukses novel terdahulu. Novel berjudul Akar ini rilis pada tanggal 16 Oktober 2002. Novel ini juga menjadikan Dee sebagai salah satu nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2003. Tiga tahun kemudian, novel Supernova yang ketiga terbit dengan judul Petir mengikuti sukses dua sekuel terdahulu.
Karya Dee yang merupakan salah satu inovasi di dunia perbukuan Indonesia adalah paduan fiksi dan musik dalam buku sekaligus album RECTOVERSO. Buku ini terbit pada Agustus 2008. Tema yang diusung adalah Satu Hati dari Dua Sisi. Rekto Verso sebenarnya pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Rectoverso merupakan ‘hibrida’ dari fiksi dan musik, terdiri dari sebelas cerita pendek dan sebelas lagu yang bisa dinikmati secara terpisah maupun bersama-sama. Keduanya saling melengkapi bagaikan dua imaji yang seolah berdiri sendiri tapi sesungguhnya merupakan satu kesatuan. Inilah cermin dari dua dunia Dewi Lestari yang ia ekspresikan dalam napas kreatifitas tunggal bertajuk "Rectoverso". Cerpen yang paling terkenal dari buku ini adalah Malaikat Juga Tahu yang mengisahkan cinta seorang ibu kepada anaknya yang menderita autisme. Pada Rectoverso, Dewi Lestari melakukan fusion antara musik dengan cerpen. Tagline yang dinarasikan ialah ‘Dengar Fiksinya, Baca Musiknya’
Pada Agustus 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas. Selain Rectoverso, Dee juga telah menghasilkan dua buku yang berisi kumpulan fiksi dan prosa pendek, Madre (2011) dan Filosofi Kopi (2012). Tahun 2012, Dee kembali mengeluarkan novel lanjutan serial Supernova empat berjudul Partikel. Tahun 2014, Dee mengeluarkan novel lanjutan Supernovanya yang kelima yaitu Gelombang .
Melalui kiprah kepenulisannnya Dee juga dianugrahi A Playful Mind Award (2003) dan dinobatkan menjadi salah satu Generasi Biang Extra Joss (2004). Selain itu, ia juga tercatat sebagai penulis skenario untuk film adaptasi novelnya, Perahu Kertas. Karyanya -Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh- telah difilmkan dengan judul yang sama dan sudah rilis bulan Desember 2014 dengan penulis skenarionya Dhoni Dorgantoro
Dee terlebih dahulu dikenal sebagai penyanyi rekaman dan penulis lagu. Selain menulis, pada saat yang bersamaan, Dee juga menekuni bidang tarik suara. Musik merupakan kegemarannya dari kecil selain menulis. Ia mewarisi bakatnya dari ayahnya yang belajar piano secara otodidak. Selain itu, adiknya juga mengikuti jejaknya menjadi seorang penyanyi (Arina Ephipania, vokalis grup musik Mocca). Dalam dunia musik, namanya dikenal setelah ia bergabung dalam sebuah grup musik Rida Sita Dewi (RSD). Padahal sebelumnya ia menjadi backing vocal beberapa penyanyi terkenal seperti Iwa K, Java Jive dan Chrisye. RSD terbentuk atas prakarsa Ajie Soetama dan Adi Adrian pada tahun 1994 yang beranggotakan Rida Farida, Sita Nursanti dan Dei Lestari. Dewi Lestari meluncurkan beberapa album bersama grupnya, yaitu Antara Kita (1995), Bertiga (1997), The Best of Rida Sita Dewi (2002). Beberapa lagu terkenal RSD adalah Kepadamu, Tak Perlu Memiliki, Ketika Kau Jauh dan Terlambat Bertemu. Beberapa musisi terkenal yang mendukung grup ini diantaranya Santoso/Inno Daopn, Kahitna serta Yovie Widianto.
Karir solo Dee di bidang musik diawali oleh album berbahasa inggris berjudul Out Of Shell di tahun 2006. Dua tahun kemudian, Ia meriliskan album RectoVerso. Ada sebelas lagu di dalam album ini, lagu yang dirilis pertama adalah Malaikat Juga Tahu dan juga menjadi lagu paling terkenal. Di salah satu lagu, Dee juga berduet dengan adiknya (Aku Ada). Selain itu ia juga Aqi Alexa di lagu Peluk Aku. Lagu Firasat yang dibawakan oleh Marcell meneguhkan posisinya sebagai komposer lagu yang handal.
Kesibukan Dee saat ini yaitu menjadi produser konsultan untuk Film Filosofi Kopi. Dia juga tengah menyelesaikan draft Supernova keenam yaitu Intelegensi Embun Pagi dan berusaha menuntaskan satu bulan program ayurvedic balancing hasil konsultasinya dengan seorang praktisi Ayurveda.
Karyanya memiliki kedalaman makna dan menawarkan ‘virus’ bagi para penggemarnya. Jika menilik rekam jejak karya dari Dewi Lestari, ada kreatifitas yang beragam. Karya-karya yang dihasilkannya mampu tampil segar dan tampil dalam berbagai warna. Ibarat keindahan, karyanya adalah keindahan yang tidak monokrom. Ia menghipnotis para penggemarnya dengan karya yang spektakular. Ia mengajarkan kita untuk ‘mendengarkan fiksinya dan membaca musiknya’.

Sumber :
dee-idea.blogspot.com
http://www.rmbiografi.com/06/2012/dewi-lestari-penulis-yang-bernyanyi/
http://dee-interview.blogspot.com/search/label/2015
bukuafifah.blogspot.com


Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *