Assalamu'alaikum guys
Ogenki desu ka? #lihat kamus hehe
pastinya baik kan?
Kali ini kita akan membahas buku Terjemahan Jepang...
Siapa yang udah baca...??
Sebelumnya, novel ini aku beli di pameran buku murah dan tertarik karena ini tentang Jepang hehe...ternyata ini cerita terjemahan Jepang...
Judul : Kappa
Penulis : Ryunosuke Akutagawa
Penerbit : Interprebook
ISBN : 978-979-18388-4-9
Tebal buku : 170 Halaman
Sebelum kita bahas . kita tengok kata-kata di belakang covernya...#cekidot
Kappa sebuah karya memukau hasil pikiran kacau da
jenius dari intelektual paling terkemuka Jepang dalam Era Meiji. Novel satire
dan sebuah analisis sosial tentang kehidupan masyarakat dan budaya Jepng. Kappa
terjadi di suatu tempat, antara mimpi dan kenyataan. Novel ini diceritakan
lewat orang pertama dari sudut pandang orang gila di rumah sakit jiwa, yang
dikenal sebagai pasien No 23. Ditulis secara singkat sebelum Ryounosuke
Aakutagawa bunuh diri, terutama saat halusinasi dan khayalan menyerang.
Cerita Hantu, supranatural, dan buku-buku kuno
sering memberikan inspirasi bagi tulisan Ryounosuke Akutagawa. Salah satu
kumpulan cerpennya, Rashomon, lahir daru kebiasaan menyuntuki legenda Jepang
abad sebelas : Konjaku Monogatari. Sutradara masyhur Akira Kurosawa kemudian
menggerap Rashomon menjadi film dan meriah Piala Oscar 1951. Kini Akutagawa
diabadikan dalam Akutagawa Prize, sebuah anugerah sastra bergengsi di Jepang.
Nah udah baca sinopsisnya kan?
Dari sinopsisinya itu kita menangkap bahwa cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama dimana orang pertama itu dalam keadaan gila. Jadi bisa dibayangkan bagaiman bahasa orang gila buat cerita??. Mungkin tidak bisa ya. Itulah kejeniusan Ryounosuke Akutagawa.
Ini adalah novel terjemahan. Jadi disarankan yang benci novel terjemahn jangan terlalu memaksakan kehendaknya, mbok malah bingung dan salah tangkap.
Ditambah lagi gaya bahasa yang menggambarkan kegilaan dan kondisi tidak wajar atau umum di novel biasanya menambah kerumitan pemahaman di novel ini.
Namun bagi yang penasaran boleh-boleh aja kok. Di sini ada makna-makna tersirat. Mungkin cocok untuk orang dewasa karena memang susah dipahami untuk remaja.
Ternyata novel ini terinspirasi dari dunia nyata si penulis dan diselipi khayalan-khayalan (baca bagian akhir buku tentang penulis)
Ya bagus sih mau ngambil jurusan bahasa atau sastra buat belajar memahami bahasa. Bener -bener bikin pusing hehehe
Ada yang tahu kappa itu apa?? Kenalan dulu yuk
Tentang Kappa
Kappa adalah makhluk mitologis Jepang yang paling khas, dan legenda menyangkut kappa dapat ditemukan di seluruh penjuru Jepang—namun legenda yang berkaitan dengan kappa menjadi populer ke seluruh Jepang mungkin berkat kota kecil Tono yang tenang di Perfektur Iwate.
Kappa (河童, "anak sungai"), juga disebut Gatarō (川太郎, "anak sungai") atau Kawako (川子, "anak sungai") , adalah makhluk legendaris, sejenis makhluk air yang dapat ditemukan pada Cerita rakyat Jepang, Namun, mereka juga dianggap sebagai bagian dari kriptozologi, karena beberapa orang mengaku melihat Kappa. Pada agama Shinto, mereka dianggap sebagai salah satu Suijin ("dewa air").
Bagaiamana wujudnya?
Kappa biasanya digambarkan mirip manusia, tubuhnya sebesar setengah tubuh anak-anak. Kulitnya bersisik mirip reptilia warnanya berkisar dari hijau hingga kuning atau biru. Kappa diperkirakan hidup di kolam dan sungai di Jepang terkadang di danau atau rawa,
serta memiliki berbagai organ tubuh yang memungkinkannya hidup di
lingkungan berair, seperti selaput di antara jari-jari tangan dan kaki. Mereka kadang-kadang dikatakan berbau seperti ikan yaitu amis/ anyir, dan mereka juga dapat berenang seperti ikan.
Ciri fisik paling menonjol yang dimiliki mereka adalah cekungan di
bagian atas kepala yang dapat menampung air. Bagian tubuh ini dianggap
sebagai sumber kekuatan kappa. Cekungan ini harus dipenuhi air kalau
kappa ingin berada jauh dari air untuk sementara. Bila air di cekungan
atas kepala tumpah, kappa tidak dapat bergerak lagi. Meskipun mereka dilaporkan hidup di seluruh penjuru Jepang, kappa konon berasal dari Prefektur Saga.Dari sinopsisinya itu kita menangkap bahwa cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama dimana orang pertama itu dalam keadaan gila. Jadi bisa dibayangkan bagaiman bahasa orang gila buat cerita??. Mungkin tidak bisa ya. Itulah kejeniusan Ryounosuke Akutagawa.
Ini adalah novel terjemahan. Jadi disarankan yang benci novel terjemahn jangan terlalu memaksakan kehendaknya, mbok malah bingung dan salah tangkap.
Ditambah lagi gaya bahasa yang menggambarkan kegilaan dan kondisi tidak wajar atau umum di novel biasanya menambah kerumitan pemahaman di novel ini.
Namun bagi yang penasaran boleh-boleh aja kok. Di sini ada makna-makna tersirat. Mungkin cocok untuk orang dewasa karena memang susah dipahami untuk remaja.
Ternyata novel ini terinspirasi dari dunia nyata si penulis dan diselipi khayalan-khayalan (baca bagian akhir buku tentang penulis)
Ya bagus sih mau ngambil jurusan bahasa atau sastra buat belajar memahami bahasa. Bener -bener bikin pusing hehehe
Ada yang tahu kappa itu apa?? Kenalan dulu yuk
Tentang Kappa
Kappa adalah makhluk mitologis Jepang yang paling khas, dan legenda menyangkut kappa dapat ditemukan di seluruh penjuru Jepang—namun legenda yang berkaitan dengan kappa menjadi populer ke seluruh Jepang mungkin berkat kota kecil Tono yang tenang di Perfektur Iwate.
Kappa (河童, "anak sungai"), juga disebut Gatarō (川太郎, "anak sungai") atau Kawako (川子, "anak sungai") , adalah makhluk legendaris, sejenis makhluk air yang dapat ditemukan pada Cerita rakyat Jepang, Namun, mereka juga dianggap sebagai bagian dari kriptozologi, karena beberapa orang mengaku melihat Kappa. Pada agama Shinto, mereka dianggap sebagai salah satu Suijin ("dewa air").
Bagaiamana wujudnya?
Kappa juga di masukkan pada Peribahasa Jepang
kappa-no-kawa-nagare ("kappa tenggelam di sungai") berarti seorang ahli pun dapat berbuat kesalahan.
Ada kepercayaan Masyarakat Jepang tentang Kappa
Kappa suka mentimun, dan apabila ada keluarga yang ingin dilindungi Kappa atau menghindari kesialan, mereka biasanya menulis nama mereka di mentimun dan melemparnya di kolam Kappa.
Kappa dikenal sebagai makhluk yang sopan dan menepati janji. Namun, banyak versi mengenai cerita Kappa.
**
Ku kira Kappa itu jahat, soalnya serem. Namun, memang aku pernah nonton anime dikisahkan bahwa orang tua Jepang berkata pada anaknya bahwa ia harus seperti Kappa yang menepati janji jika ia berjanji .
Oh ya ini anime yang menampikan gambar kappa dan mungkin masih ada yang lain. #ntar kebanyakan
Kappa-Inukami
Di Gintama
Di Kamezaki
Kita kenalan dulu yuk sama penulisnya yang jenius
Tentang Penulis
Ryūnosuke Akutagawa (芥川 龍之介 Akutagawa Ryūnosuke, lahir
di Tokyo,1 Maret 1892 – meninggal
di Tokyo, 24 Juli 1927 pada
umur 35 tahun) adalah sastrawan Jepang yang dikenal sebagai penulis novel pendek dan cerpen. Pada
tahun 1935, Kan Kikuchi mengabadikan namanya untuk hadiah sastra Penghargaan Akutagawa.
Sebagian besar karyanya berupa
cerpen, seperti Imogayu, Yabu no Naka (Dalam
Belukar ), Jigokuhen, dan Haguruma. Cerpen-cerpen tersebut diangkat dari kisah-kisah yang terdapat
dalam naskah kuno seperti Konjaku
Monogatarishū dan Uji Shūi Monogatari. Selain itu, Akutagawa
juga menulis cerita untuk anak-anak, misalnya: Kumo no Ito (Jaring
Laba-laba) dan Toshishun.
Akutagawa tidak pernah menulis
novel panjang. Novel berjudul Jashūmon dan Rojō tidak pernah diselesaikannya. Akira Kurosawa menyutradarai
film Rashomon (1950) yang didasarkan pada cerpen berjudul sama
karya Akutagawa. Walaupun demikian, sebagian besar kejadian dalam film diambil
dari cerpen lain, Yabu no Naka (Dalam Belukar).
Akutagawa meninggal di usia
muda, 35 tahun, akibat overdosis obat. Pesan terakhir yang ditinggalkan
kepada sahabatnya berbunyi, "Hanya kegelisahan yang usulnya tidak
jelas" (ただぼんやりした不安 Tada bonyarishita fuan).
Ryūnosuke lahir di distrik Kyobashi,
Tokyo sebagai putra sulung penjual susu bernama Toshizō Niihara. Ketika berusia
7 bulan, ibunya yang bernama Fuku menderita sakit jiwa. Ryūnosuke dititipkan di
rumah orang tua ibunya, dan dibesarkan oleh bibi dari pihak ibu. Ibunya
meninggal dunia ketika Ryūnosuke berusia 11 tahun. Pada tahun berikutnya,
Ryūnosuke mulai menggunakan nama keluarga Akutagawa setelah dijadikan anak
angkat oleh pamannya yang bernama Akutagawa Dōshō (kakak kandung dari
ibunya). Dari generasi ke generasi sejak zaman Edo, keluarga
Akutagawa merupakan keluarga terpandang (sukiya bōzu) yang melayani keluarga Tokugawa dalam pelaksanaan upacara minum teh, dan berbagai macam pekerjaan lainnya.
Kabarnya, nama "Ryūnosuke"
("anak naga") berasal dari hari kelahirannya yang bertepatan dengan
tahun Naga, bulan Naga, hari Naga, dan jam Naga (pukul 8 pagi). Walaupun
sebenarnya, tanggal lahirnya, 1 Maret 1892 disebut di kalender sebagai tahun
Naga Air Yang (unsur Air, sifat Yang), bulan Harimau Air Yang, dan hari Naga
Air Yang, sedangkan jam lahir tidak disebut dalam catatan resmi.
Masa sekolah dilewatkannya di Tokyo,
mulai dari Sekolah Dasar Umum Edo, Sekolah Menengah 3 Tokyo, Sekolah Lanjutan
Atas 1, hingga Jurusan Sastra Inggris Universitas Kekaisaran Tokyo. Bulan Februari 1914, Akutagawa bersama
teman kuliah bernama Kan Kikuchi dan Masao Kume menghidupkan untuk yang ke-3 kalinya majalah sastra Shinshichō (Arus Pemikiran
Baru).
Majalah tersebut awalnya diisi
Akutagawa terjemahan karya Anatole France (Balthasar) dan Yeats (The Heart of the Spring). Pada waktu itu,
Akutagawa memakai nama pena Yanagigawa Ryūnosuke (柳川隆之助 atau 柳川隆之介). Kariernya
sebagai penulis dimulai dengan cerpen berjudul Rōnen yang sempat dimuat Shinshichō sebelum kembali berhenti terbit di bulan
Oktober tahun yang sama.
Cerita pendek yang menjadi salah satu
adikaryanya, Rashōmon dimuat dalam majalah Teikoku Bungaku bulan Oktober 1915. Sejak itu pula, nama Akutagawa
Ryūnosuke mulai digunakannya sewaktu menulis. Temannya yang bernama Miekichi Suzuki memperkenalkannya kepada Natsume Sōseki yang menerimanya sebagai murid.
Pada tahun 1916, Akutagawa kembali
menghidupkan kembali Shinshichō untuk ke-4 kalinya dengan tim redaksi yang hampir sama dengan penerbitan
sebelumnya. Setelah kembali terbit, edisi perdananya memuat cerpen berjudul Hana (Hidung) yang mendapat pujian dari Sōseki. Pada tahun yang sama,
Akutagawa lulus dengan nilai terbaik nomor dua di antara 20 mahasiswa. William Morris dijadikan topik skripsi yang
ditulisnya.
Mulai bulan Desember 1916, Akutagawa menjadi
pengajar bahasa Inggris di Akademi Angkatan Laut
Kekaisaran Jepang, statusnya sebagai dosen tidak tetap. Di tengah kesibukan memberi
kuliah, Akutagawa terus produktif menulis, dan menerbitkan antologi cerpen
berjudul Rashōmon pada bulan Mei 1917. Setelah itu, Akutagawa secara
berturut-turut menyelesaikan sejumlah cerpen, dan berhasil menerbitkan kumpulan
cerpen Tabako to Akuma pada bulan November 1917. Pada bulan Maret 1918, Akutagawa mengundurkan diri dari
Akademi Angkatan Laut, dan bekerja di surat kabar Osaka Mainichi Shimbun. Surat kabar
tempatnya bekerja tidak mengharuskan dirinya menyumbang tulisan, sehingga
Akutagawa bisa terus berkonsentrasi menulis.
Pada 12 Maret 1919, Akutagawa
menikahi Tsukamoto Fumi yang dikenalnya
dari seorang teman bernama Yamamoto Kiyoshi. Fumi adalah anak dari Mayor AL
Tsukamoto Nōgorō, sedangkan ibunya adalah kakak perempuan dari Yamamoto
Kiyoshi.
Pada bulan Februari 1921, Akutagawa
ditugaskan kantornya untuk berkunjung ke Tiongkok sebagai koresponden luar negeri, dan kembali bulan Juli tahun yang sama.
Perjalanan ke Tiongkok dituangkan ke dalam tulisan berjudul Shanghai Yūki (Catatan Perjalanan ke Shanghai).
Sekembalinya dari Tiongkok, kesehatan fisik dan mentalnya mulai menurun.
Akutagawa mulai menderita gangguan kejiwaan yang waktu itu populer sebagai
lemah syaraf (neurastenia) dan diare kronis. Pada tahun 1923, Akutagawa
menginap beberapa lama di sebuah pemandian air panas (onsen) di Yugawara, Kanagawa dengan maksud
pengobatan.
Selama sakit, jumlah karya yang
ditulisnya terus menurun. Namun sejak itu pula mulai bermunculan karya
Akutagawa yang cenderung bersifat shishōsetsu (otobiografi). Karya-karya tersebut dikenal sebagai Yasukichi-mono karena tokoh utama dalam cerita
bernama Yasukichi. Kecenderungan ini terus berlanjut hingga karya-karya
terakhirnya, seperti Haguruma (1927) dan Kappa (1927).
Pada tahun 1926, Akutagawa kembali
berobat di pemandian air panas di Yugawara dengan keluhan lemah syaraf, tukak lambung, dan insomnia yang semakin parah. Pada tahun berikutnya, kakak iparnya, Yutaka
Nishikawa bunuh diri pada bulan Januari 1927 setelah dicurigai
melakukan pembakaran. Akibatnya, Akutagawa harus menanggung anggota keluarga
dan membayar utang yang ditinggalkan kakak iparnya.
Pada bulan April 1927 terjadi polemik antara Akutagawa dengan Jun'ichirō Tanizaki akibat transkrip yang dimuat majalah Shinchō. Transkrip tersebut adalah hasil panel diskusi sastra yang diadakan
Akutagawa bersama rekan-rekannya, dan di antaranya membahas karya Tanizaki.
Cerita fiksi Tanizaki dikritik sebagai cerita yang memiliki plot menarik, namun cara penyajiannya
tidak bagus. Tanizaki membela diri dengan serangkaian tulisan yang diterbitkan
majalah sastra Kaizō. Akutagawa
membalas pembelaan tersebut dengan seri kritik sastra Bungei teki na, amari ni Bungei teki na (Sangat Sastra, Terlalu Sastra Sekali) yang dimuat majalah Kaizō. Sebagai pembanding, Akutagawa
memuji Naoya Shiga dalam cara penyajian cerita walaupun
plotnya "Tidak ada cerita penting yang diceritakan" ("Hanashirashii
hanashi no nai").
Setelah menyelesaikan penulisan Zoku Saihō no Hito, pada dini hari 24 Juli 1927, Akutagawa bunuh diri dengan
menelan obat tidur dalam dosis fatal.
Akutagawa meninggalkan putra sulung
bernama Hiroshi Akutagawa yang nantinya
menjadi aktor. Sementara itu, putra ketiga, Yasushi Akutagawa menjadi konduktor sekaligus komponis, sedangkan putra
kedua, Takashi Akutagawa gugur dalam perang. Sampai hari ini, cerpen karya
Akutagawa dicantumkan ke dalam buku teks sebagai bacaan untuk murid sekolah
menengah di Jepang
Tahun
|
Judul bahasa Jepang
|
Romaji
|
Judul bahasa
Indonesia
|
1914
|
老年
|
Rōnen
|
|
1915
|
羅生門
|
Rashōmon
|
Rashōmon
|
鼻
|
Hana
|
Hidung
|
|
芋粥
|
Imogayu
|
||
煙草と悪魔
|
Tabako to Akuma
|
||
1917
|
戯作三昧
|
Gesakuzanmai
|
|
1918
|
蜘蛛の糸
|
Kumo no Ito
|
Jaring Laba-laba/Suatu Hari di Surga
|
地獄変
|
Jigokuhen
|
||
邪宗門
|
Jashūmon
|
||
1919
|
魔術
|
Majutsu
|
|
蜜柑
|
Mikan
|
||
1920
|
南京の基督
|
Nankin no Kirisuto
|
|
舞踏会
|
Butōkai
|
||
秋
|
Aki
|
||
杜子春
|
Toshishun
|
||
アグニの神
|
Aguni no Kami
|
||
1921
|
藪の中
|
Yabu no Naka
|
Dalam Kerimbunan
|
1922
|
トロッコ
|
Torokko
|
|
魚河岸
|
Uogashi
|
||
1923
|
雛
|
Hina
|
|
漱石山房の冬
|
Sōseki Sambō no Fuyu
|
||
一塊の土
|
Hitokure no Tsuchi
|
||
あばばばば
|
Ababababa
|
||
1925
|
大導寺信輔の半生
|
Daidōji Shinsuke no Hansei
|
|
1927
|
玄鶴山房
|
Genkakusambō
|
|
侏儒の言葉
|
Shuju no Kotoba
|
||
文芸的な、あまりに文芸的な
|
Bungeiteki na, amarini Bungeiteki na
|
||
河童
|
Kappa
|
Kappa
|
|
歯車
|
Haguruma
|
||
或る阿呆の一生
|
Aru Ahō no Isshō
|
||
西方の人
|
Saihō no Hito
|
Kata-kata dari Ryounosuke Akutagawa :
“Kappa lahir
dari kemuakan saya dengan banyak hal khususnya dengan diri saya sendiri”
OK sekian guys
Udah lengkap tuh, udah tahu novelnya, udah tahu tokohnya, udah tahu penulisnya udah LENGKAP DAH!!! :v :p
Sumber yang mendukung
Akutagawa, Ryunosuke.2009. Kappa.Yogyakarta: Interprebook
Wikipedia dengan beberapa perubahan
gambar dari google
http://bukuafifah.blogspot.co.id/2016/01/read-kappa.html