Sabtu, 02 Januari 2016

Read & Book : Kappa



Assalamu'alaikum guys
Ogenki desu ka? #lihat kamus hehe
 pastinya baik kan?
Kali ini kita akan membahas buku Terjemahan Jepang...
Siapa yang udah baca...??
Sebelumnya, novel ini aku beli di pameran buku murah dan tertarik karena ini tentang Jepang hehe...ternyata ini cerita terjemahan Jepang...

  


Judul : Kappa
Penulis : Ryunosuke Akutagawa
Penerbit : Interprebook
ISBN : 978-979-18388-4-9
Tebal buku : 170 Halaman

Sebelum kita bahas . kita tengok kata-kata di belakang covernya...#cekidot


Kappa sebuah karya memukau hasil pikiran kacau da jenius dari intelektual paling terkemuka Jepang dalam Era Meiji. Novel satire dan sebuah analisis sosial tentang kehidupan masyarakat dan budaya Jepng. Kappa terjadi di suatu tempat, antara mimpi dan kenyataan. Novel ini diceritakan lewat orang pertama dari sudut pandang orang gila di rumah sakit jiwa, yang dikenal sebagai pasien No 23. Ditulis secara singkat sebelum Ryounosuke Aakutagawa bunuh diri, terutama saat halusinasi dan khayalan menyerang.
Cerita Hantu, supranatural, dan buku-buku kuno sering memberikan inspirasi bagi tulisan Ryounosuke Akutagawa. Salah satu kumpulan cerpennya, Rashomon, lahir daru kebiasaan menyuntuki legenda Jepang abad sebelas : Konjaku Monogatari. Sutradara masyhur Akira Kurosawa kemudian menggerap Rashomon menjadi film dan meriah Piala Oscar 1951. Kini Akutagawa diabadikan dalam Akutagawa Prize, sebuah anugerah sastra bergengsi di Jepang.

 Nah udah baca sinopsisnya kan
 Dari sinopsisinya itu kita menangkap bahwa cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama dimana orang pertama itu dalam keadaan gila. Jadi bisa dibayangkan bagaiman bahasa orang gila buat cerita??. Mungkin tidak bisa ya. Itulah kejeniusan Ryounosuke Akutagawa.
Ini adalah novel terjemahan. Jadi disarankan yang benci novel terjemahn jangan terlalu memaksakan kehendaknya, mbok malah bingung dan salah tangkap.
Ditambah lagi gaya bahasa yang menggambarkan kegilaan dan kondisi tidak wajar atau umum di novel biasanya menambah kerumitan pemahaman di novel ini.
Namun bagi yang penasaran boleh-boleh aja kok. Di sini ada makna-makna tersirat. Mungkin cocok untuk orang dewasa karena memang susah dipahami untuk remaja.
Ternyata novel ini terinspirasi dari dunia nyata si penulis  dan diselipi  khayalan-khayalan (baca bagian akhir buku tentang penulis)
 Ya bagus sih mau ngambil jurusan bahasa atau sastra buat belajar memahami bahasa. Bener -bener bikin pusing hehehe

Ada yang tahu kappa itu apa?? Kenalan dulu yuk

Tentang Kappa




Kappa adalah makhluk mitologis Jepang yang paling khas, dan legenda menyangkut kappa dapat ditemukan di seluruh penjuru Jepang—namun legenda yang berkaitan dengan kappa menjadi populer ke seluruh Jepang mungkin berkat kota kecil Tono yang tenang di Perfektur Iwate.

Kappa (河童, "anak sungai"), juga disebut Gatarō (川太郎, "anak sungai") atau Kawako (川子, "anak sungai") , adalah makhluk legendaris, sejenis makhluk air yang dapat ditemukan pada Cerita rakyat Jepang, Namun, mereka juga dianggap sebagai bagian dari kriptozologi, karena beberapa orang mengaku melihat Kappa. Pada agama Shinto, mereka dianggap sebagai salah satu Suijin ("dewa air").

Bagaiamana wujudnya?
Kappa biasanya digambarkan mirip manusia, tubuhnya sebesar setengah tubuh anak-anak. Kulitnya bersisik mirip reptilia warnanya berkisar dari hijau hingga kuning atau biru. Kappa diperkirakan hidup di kolam dan sungai di Jepang terkadang di danau atau rawa, serta memiliki berbagai organ tubuh yang memungkinkannya hidup di lingkungan berair, seperti selaput di antara jari-jari tangan dan kaki. Mereka kadang-kadang dikatakan berbau seperti ikan yaitu amis/ anyir, dan mereka juga dapat berenang seperti ikan.  Ciri fisik paling menonjol yang dimiliki mereka adalah cekungan di bagian atas kepala yang dapat menampung air. Bagian tubuh ini dianggap sebagai sumber kekuatan kappa. Cekungan ini harus dipenuhi air kalau kappa ingin berada jauh dari air untuk sementara. Bila air di cekungan atas kepala tumpah, kappa tidak dapat bergerak lagi. Meskipun mereka dilaporkan hidup di seluruh penjuru Jepang, kappa konon berasal dari Prefektur Saga.
Kappa juga di masukkan pada Peribahasa Jepang
 kappa-no-kawa-nagare ("kappa tenggelam di sungai") berarti seorang ahli pun dapat berbuat kesalahan.
Ada kepercayaan Masyarakat Jepang tentang Kappa
Kappa suka mentimun, dan apabila ada keluarga yang ingin dilindungi Kappa atau menghindari kesialan, mereka biasanya menulis nama mereka di mentimun dan melemparnya di kolam Kappa.
Kappa dikenal sebagai makhluk yang sopan dan menepati janji. Namun, banyak versi mengenai cerita Kappa.
**
Ku kira Kappa itu jahat, soalnya serem. Namun, memang aku pernah nonton anime dikisahkan bahwa orang tua Jepang berkata pada anaknya bahwa ia harus seperti  Kappa  yang menepati janji jika ia berjanji .
Oh ya ini  anime yang menampikan gambar kappa dan mungkin masih ada yang lain. #ntar kebanyakan

Kappa-Inukami









 Di Gintama












Di Kamezaki










Kita kenalan dulu yuk sama penulisnya yang jenius

Tentang Penulis





Ryūnosuke Akutagawa (芥川 龍之介 Akutagawa Ryūnosuke, lahir di Tokyo,1 Maret 1892 – meninggal di Tokyo, 24 Juli 1927 pada umur 35 tahun) adalah sastrawan Jepang yang dikenal sebagai penulis novel pendek dan cerpen. Pada tahun 1935, Kan Kikuchi mengabadikan namanya untuk hadiah sastra Penghargaan Akutagawa.
Sebagian besar karyanya berupa cerpen, seperti Imogayu, Yabu no Naka (Dalam Belukar ), Jigokuhen, dan Haguruma. Cerpen-cerpen tersebut diangkat dari kisah-kisah yang terdapat dalam naskah kuno seperti Konjaku Monogatarishū dan Uji Shūi Monogatari. Selain itu, Akutagawa juga menulis cerita untuk anak-anak, misalnya: Kumo no Ito (Jaring Laba-laba) dan Toshishun.
Akutagawa tidak pernah menulis novel panjang. Novel berjudul Jashūmon dan Rojō tidak pernah diselesaikannya. Akira Kurosawa menyutradarai film Rashomon (1950) yang didasarkan pada cerpen berjudul sama karya Akutagawa. Walaupun demikian, sebagian besar kejadian dalam film diambil dari cerpen lain, Yabu no Naka (Dalam Belukar).
Akutagawa meninggal di usia muda, 35 tahun, akibat overdosis obat. Pesan terakhir yang ditinggalkan kepada sahabatnya berbunyi, "Hanya kegelisahan yang usulnya tidak jelas" (ただぼんやりした不安 Tada bonyarishita fuan).
Ryūnosuke lahir di distrik Kyobashi, Tokyo sebagai putra sulung penjual susu bernama Toshizō Niihara. Ketika berusia 7 bulan, ibunya yang bernama Fuku menderita sakit jiwa. Ryūnosuke dititipkan di rumah orang tua ibunya, dan dibesarkan oleh bibi dari pihak ibu. Ibunya meninggal dunia ketika Ryūnosuke berusia 11 tahun. Pada tahun berikutnya, Ryūnosuke mulai menggunakan nama keluarga Akutagawa setelah dijadikan anak angkat oleh pamannya yang bernama Akutagawa Dōshō (kakak kandung dari ibunya). Dari generasi ke generasi sejak zaman Edo, keluarga Akutagawa merupakan keluarga terpandang (sukiya bōzu) yang melayani keluarga Tokugawa dalam pelaksanaan upacara minum teh, dan berbagai macam pekerjaan lainnya.
Kabarnya, nama "Ryūnosuke" ("anak naga") berasal dari hari kelahirannya yang bertepatan dengan tahun Naga, bulan Naga, hari Naga, dan jam Naga (pukul 8 pagi). Walaupun sebenarnya, tanggal lahirnya, 1 Maret 1892 disebut di kalender sebagai tahun Naga Air Yang (unsur Air, sifat Yang), bulan Harimau Air Yang, dan hari Naga Air Yang, sedangkan jam lahir tidak disebut dalam catatan resmi.
 Masa sekolah dilewatkannya di Tokyo, mulai dari Sekolah Dasar Umum Edo, Sekolah Menengah 3 Tokyo, Sekolah Lanjutan Atas 1, hingga Jurusan Sastra Inggris Universitas Kekaisaran Tokyo. Bulan Februari 1914, Akutagawa bersama teman kuliah bernama Kan Kikuchi dan Masao Kume menghidupkan untuk yang ke-3 kalinya majalah sastra Shinshichō (Arus Pemikiran Baru).
Majalah tersebut awalnya diisi Akutagawa terjemahan karya Anatole France (Balthasar) dan Yeats (The Heart of the Spring). Pada waktu itu, Akutagawa memakai nama pena Yanagigawa Ryūnosuke (柳川隆之助 atau 柳川隆之介). Kariernya sebagai penulis dimulai dengan cerpen berjudul Rōnen yang sempat dimuat Shinshichō sebelum kembali berhenti terbit di bulan Oktober tahun yang sama.
Cerita pendek yang menjadi salah satu adikaryanya, Rashōmon dimuat dalam majalah Teikoku Bungaku bulan Oktober 1915. Sejak itu pula, nama Akutagawa Ryūnosuke mulai digunakannya sewaktu menulis. Temannya yang bernama Miekichi Suzuki memperkenalkannya kepada Natsume Sōseki yang menerimanya sebagai murid.
Pada tahun 1916, Akutagawa kembali menghidupkan kembali Shinshichō untuk ke-4 kalinya dengan tim redaksi yang hampir sama dengan penerbitan sebelumnya. Setelah kembali terbit, edisi perdananya memuat cerpen berjudul Hana (Hidung) yang mendapat pujian dari Sōseki. Pada tahun yang sama, Akutagawa lulus dengan nilai terbaik nomor dua di antara 20 mahasiswa. William Morris dijadikan topik skripsi yang ditulisnya.
Mulai bulan Desember 1916, Akutagawa menjadi pengajar bahasa Inggris di Akademi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, statusnya sebagai dosen tidak tetap. Di tengah kesibukan memberi kuliah, Akutagawa terus produktif menulis, dan menerbitkan antologi cerpen berjudul Rashōmon pada bulan Mei 1917. Setelah itu, Akutagawa secara berturut-turut menyelesaikan sejumlah cerpen, dan berhasil menerbitkan kumpulan cerpen Tabako to Akuma pada bulan November 1917. Pada bulan Maret 1918, Akutagawa mengundurkan diri dari Akademi Angkatan Laut, dan bekerja di surat kabar Osaka Mainichi Shimbun. Surat kabar tempatnya bekerja tidak mengharuskan dirinya menyumbang tulisan, sehingga Akutagawa bisa terus berkonsentrasi menulis.
Pada 12 Maret 1919, Akutagawa menikahi Tsukamoto Fumi yang dikenalnya dari seorang teman bernama Yamamoto Kiyoshi. Fumi adalah anak dari Mayor AL Tsukamoto Nōgorō, sedangkan ibunya adalah kakak perempuan dari Yamamoto Kiyoshi.
Pada bulan Februari 1921, Akutagawa ditugaskan kantornya untuk berkunjung ke Tiongkok sebagai koresponden luar negeri, dan kembali bulan Juli tahun yang sama. Perjalanan ke Tiongkok dituangkan ke dalam tulisan berjudul Shanghai Yūki (Catatan Perjalanan ke Shanghai). Sekembalinya dari Tiongkok, kesehatan fisik dan mentalnya mulai menurun. Akutagawa mulai menderita gangguan kejiwaan yang waktu itu populer sebagai lemah syaraf (neurastenia) dan diare kronis. Pada tahun 1923, Akutagawa menginap beberapa lama di sebuah pemandian air panas (onsen) di Yugawara, Kanagawa dengan maksud pengobatan.
Selama sakit, jumlah karya yang ditulisnya terus menurun. Namun sejak itu pula mulai bermunculan karya Akutagawa yang cenderung bersifat shishōsetsu (otobiografi). Karya-karya tersebut dikenal sebagai Yasukichi-mono karena tokoh utama dalam cerita bernama Yasukichi. Kecenderungan ini terus berlanjut hingga karya-karya terakhirnya, seperti Haguruma (1927) dan Kappa (1927).
Pada tahun 1926, Akutagawa kembali berobat di pemandian air panas di Yugawara dengan keluhan lemah syaraf, tukak lambung, dan insomnia yang semakin parah. Pada tahun berikutnya, kakak iparnya, Yutaka Nishikawa bunuh diri pada bulan Januari 1927 setelah dicurigai melakukan pembakaran. Akibatnya, Akutagawa harus menanggung anggota keluarga dan membayar utang yang ditinggalkan kakak iparnya.
Pada bulan April 1927 terjadi polemik antara Akutagawa dengan Jun'ichirō Tanizaki akibat transkrip yang dimuat majalah Shinchō. Transkrip tersebut adalah hasil panel diskusi sastra yang diadakan Akutagawa bersama rekan-rekannya, dan di antaranya membahas karya Tanizaki. Cerita fiksi Tanizaki dikritik sebagai cerita yang memiliki plot menarik, namun cara penyajiannya tidak bagus. Tanizaki membela diri dengan serangkaian tulisan yang diterbitkan majalah sastra Kaizō. Akutagawa membalas pembelaan tersebut dengan seri kritik sastra Bungei teki na, amari ni Bungei teki na (Sangat Sastra, Terlalu Sastra Sekali) yang dimuat majalah Kaizō. Sebagai pembanding, Akutagawa memuji Naoya Shiga dalam cara penyajian cerita walaupun plotnya "Tidak ada cerita penting yang diceritakan" ("Hanashirashii hanashi no nai").
Setelah menyelesaikan penulisan Zoku Saihō no Hito, pada dini hari 24 Juli 1927, Akutagawa bunuh diri dengan menelan obat tidur dalam dosis fatal.
Akutagawa meninggalkan putra sulung bernama Hiroshi Akutagawa yang nantinya menjadi aktor. Sementara itu, putra ketiga, Yasushi Akutagawa menjadi konduktor sekaligus komponis, sedangkan putra kedua, Takashi Akutagawa gugur dalam perang. Sampai hari ini, cerpen karya Akutagawa dicantumkan ke dalam buku teks sebagai bacaan untuk murid sekolah menengah di Jepang


Tahun
Judul bahasa Jepang
Romaji
Judul bahasa Indonesia
1914
老年
Rōnen

1915
羅生門
Rashōmon
Rashōmon
1916
Hana
Hidung
芋粥
Imogayu

煙草と悪魔
Tabako to Akuma

1917
戯作三昧
Gesakuzanmai

1918
蜘蛛の糸
Kumo no Ito
Jaring Laba-laba/Suatu Hari di Surga
地獄変
Jigokuhen

邪宗門
Jashūmon

1919
魔術
Majutsu

蜜柑
Mikan

1920
南京の基督
Nankin no Kirisuto

舞踏会
Butōkai

Aki

杜子春
Toshishun

アグニの神
Aguni no Kami

1921
藪の中
Yabu no Naka
Dalam Kerimbunan
1922
トロッコ
Torokko

魚河岸
Uogashi

1923
Hina

漱石山房の冬
Sōseki Sambō no Fuyu

一塊の土
Hitokure no Tsuchi

あばばばば
Ababababa

1925
大導寺信輔の半生
Daidōji Shinsuke no Hansei

1927
玄鶴山房
Genkakusambō

侏儒の言葉
Shuju no Kotoba

文芸的な、あまりに文芸的な
Bungeiteki na, amarini Bungeiteki na

河童
Kappa
Kappa
歯車
Haguruma

或る阿呆の一生
Aru Ahō no Isshō

西方の人
Saihō no Hito



 
Begitulah tentang Ryounosuke Akutagawa. Sayangnya beliau meninggal karena bunuh diri.


Kata-kata dari Ryounosuke Akutagawa :
“Kappa lahir dari kemuakan saya dengan banyak hal khususnya dengan diri saya sendiri”



OK sekian guys
Udah lengkap tuh, udah tahu novelnya, udah tahu tokohnya, udah tahu penulisnya udah LENGKAP DAH!!! :v :p


Sumber yang mendukung
Akutagawa, Ryunosuke.2009. Kappa.Yogyakarta: Interprebook
Wikipedia dengan beberapa perubahan
gambar dari google
http://bukuafifah.blogspot.co.id/2016/01/read-kappa.html

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *