Assalamu'alaikum
Hari ini aku akan membahas tentang novel sastra
Katanya novel ini sangat kontroversial di zamannya
yuk cek identitas buku dulu
Judul Buku : Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
Nama pengarang :Muhidin M. Dahlan
Penerbit : ScriPtaManent bekerja sama dengan Melibas, Yogyakarta
Tebal Buku : 264 hlm.
ISBN : 979-99461-1-5
Tulisan cover belakang
Dia seorang muslimah
yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua
waktunya dihabiskan untuk sholat, baca al-qur’an dan berdzikir. Dia
memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya kerap dia
hanya mengkonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa.
Cita-citanya hanya satu : untuk menjadi muslimah yang beragama secara
kaffah.
Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat islam di Indonesia yang di idealkannya bisa mengantarkannya berislam secara kaffah ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup. Berkali-kali di gugatnya kondisi itu tapi hanya kehampaan yang hadir. Bahkan Tuhan yang selama ini dia agung-agungkan seperti “lari dari tanggung jawab” dan “emoh” menjawab keluhannya.
Dalam keadaan kosong itulah dia terjerembab dalam dunia hitam. Ia lampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengkonsumsi obat-obat terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan! Kan kutuntaskan pemberontakanku pada-Mu!” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuilpun rasa sesal. Dari petualangan seksnya itu tersingkap topeng-topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya – baik aktivis sayap kiri maupun sayap kanan (islam) – yang selama ini lantang meneriakkan tegaknya moralitas. Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen kampus Matahari terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata anggota DPRD dari fraksi yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat islam di Indonesia.
Sinopsis dariku
Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat islam di Indonesia yang di idealkannya bisa mengantarkannya berislam secara kaffah ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup. Berkali-kali di gugatnya kondisi itu tapi hanya kehampaan yang hadir. Bahkan Tuhan yang selama ini dia agung-agungkan seperti “lari dari tanggung jawab” dan “emoh” menjawab keluhannya.
Dalam keadaan kosong itulah dia terjerembab dalam dunia hitam. Ia lampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengkonsumsi obat-obat terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan! Kan kutuntaskan pemberontakanku pada-Mu!” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuilpun rasa sesal. Dari petualangan seksnya itu tersingkap topeng-topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya – baik aktivis sayap kiri maupun sayap kanan (islam) – yang selama ini lantang meneriakkan tegaknya moralitas. Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen kampus Matahari terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata anggota DPRD dari fraksi yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat islam di Indonesia.
Sinopsis dariku
Bercerita tentang seorang wanita bernama Nidah Kirana
yang mencari jati dirinya tentang Islam.
Dia memilih mondok untuk mempedalam
pengetahuannya tentang Islam. Dia mondok di Pondok Ki Ageng di daerah Yogyakarta.
Kirana mengenal Rahmi yang menjadi satu-satunya sahabat di pondok karena Kirana
tidak memiliki teman. Kirana. Dari Rahmilah Kirana mengenal tentang Islam .
Namun, secara tiba-tiba Rahmi pergi dari Pondok.
Rahmi harus mengikuti keluarganya.
Akhirnya Kirana kehilangan satu-satunya sahabatnya. Dia merenungi diri di
kamar. Dia tak terlalu akrab dengan santri lain
Hingga ia bertemu Dakhiri di sebuah forum kepemudaan
Islam di Kampus Matahari. Dakhiri dan Kirana sering berdiskus tentang Islam.
Hingga Dakhiri membujuk Kirana mengikuti pengajian.Kirana pun mengikutinya.
Kirana pun
mengikutinya. Dia mengikuti Jamaah yang diikuti Dakhiri.
Namun dia merasa janggal dengan Jamaah tersebut. Meskipun
seperti itu, dia tetap mengerjakan apa yang diwaibkan. Dia diwajibkan membayar
“Infak” Terkadang ia bertanya tetapi dia tetap tak mendapat jawaban. Dia
mendengar bahwa Jamaah itu hendak mengubah Indonesia menjadi Negara Islam
Indonesia. Dia diperawani Dakhiri. Dia takut dan kecewa. Dia hendak serius
belajar Islam tetapi dia malah dikecewakan. Akhirnya dia kabur dari Jemaah itu.
Dia ngekos. Setiap hari di kamar tetapi tak melakukan
ibadah. Akhirnya dia menyerah akan Islam.
Tiba di akhir masa skripsi. Dia lalu menghadap Dosen Pembimbingnya Pak
Tomo.Kirana kesal karena skripsina tak juga lancar. Dia akhirnya menjadi pelacur
P[ak Tomo demi mendapat lulus skripsi. Pak tomo malah menjadi Germo bagi Kirana
untuk pejabat-pejabat tinggi.
Kirana menjadi pelacur yang cukup terkenal akan bayaran
tinggi. Dia menjadi kufur akan apa yang Allah berikan. Dia menyerah akan Islam.
Motifku baca buku ini karena tugas dan aku diperintah memuat sinopsi novel sastra ini. Ini adalah novel yang sangat memotivasi. Kita harus memiliki keyakinan yang
kuat. Kita memang perlu belajar agama, tetapi kita juga harus belajar tentang
ilmu dunia khususnya Sejarah Indonesia. Indonesia berdiri dari keragaman
didalamnya. Kita hendaknya paham bahwa tidak seharusnya kita mengandalkan
keegoisan dan kehendak. Ketika berniat mengubah ideologi negara dan menimbulkan
kericuhan tentu merupakan kejahatan berat. Kita perlu kuat iman sehingga ketika
Tuhan memberikan ujian kita tetap tabah dan sabar menghadapinya. Kita tak kufur
akan nikmat Tuhan.
Profil Penulis
Muhidin M Dahlan
lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, pada tahun 1978. Sempat beberapa
waktu mengampuh ilmu di Teknik Bangunan Insitut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Jogjakarta dan Sejarah Peradaban Islam IAIN Kalijaga
Jogjakarta. Kedua-duanya tak selesai. Mantan aktivis Pelajar Islam
Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-MPO), dan Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Menulis empat novel dan terlibat sebagai tim editor buku-buku Pramoedya Ananta Toer di lentera Dipantara sejak 2003, spesial penulis "Pengantar Penerbit" dan sampul belakang.
Sekarang menjadi kerani menengah di Indonesia Buku (I:BOEKOE) dan pernah ditugasi sebagai koordinator penulisan riset, seperti Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007), Kronik seabad Kebangkitan Indonesia (1908-2008), 1001 Saksi Mata Sejarah Republik.
Menulis empat novel dan terlibat sebagai tim editor buku-buku Pramoedya Ananta Toer di lentera Dipantara sejak 2003, spesial penulis "Pengantar Penerbit" dan sampul belakang.
Sekarang menjadi kerani menengah di Indonesia Buku (I:BOEKOE) dan pernah ditugasi sebagai koordinator penulisan riset, seperti Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007), Kronik seabad Kebangkitan Indonesia (1908-2008), 1001 Saksi Mata Sejarah Republik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar